Menu Click to open Menus
HOME » LAHATAKTUAL » 25 TAHUN REFORMASI, MENGENANG DETIK – DETIK SOEHARTO MUNDUR

25 TAHUN REFORMASI, MENGENANG DETIK – DETIK SOEHARTO MUNDUR

Mei 21, 2023 1:14 pm | Published by | No comment
Kamis, 21 Mei 1998, saat Presiden Soeharto berpudato menyatakan ” berhenti,” sebagai Presiden Republik Indonesia


Nasional

lahataktual.com

Hari ini 25 tahun yang lalu, 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan berhenti sebagai presiden. Soeharto menyerahkan kekuasannya kepada Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, yang saat itu menjabat wakil presiden.

Kabar kemunduran Soeharto sudah mengemuka semenjak presiden kedua RI itu tiba di Tanah Air, sepulang dari acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G15 di Kairo, Mesir, pada 15 Mei 1998. 

Sebelumnya, pada 13 Mei 1998, kerusuhan pecah di Jakarta dan beberapa daerah lain. Krisis moneter menjadi salah satu penyebabnya.

Dalam gugatannya, massa yang terdiri dari kalangan mahasiswa menuntut reformasi.  

Hingga pada akhirnya, pada 21 Mei 1998, Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden, mengakhiri kekuasaannya selama 32 tahun. 

Pengumuman mundur tersebut disampaikan Soeharto di Istana Merdeka, sekitar pukul 09.00 WIB. 

Dalam pidatonya, Soeharto mengakui bahwa langkah tersebut diambil setelah melihat perkembangan situasi nasional saat itu.

PILIH KATA ” BERHENTI” DI NASKAH PIDATO

Pada 20 Mei 1998 malam hari, di rumah Soeharto di Jalan Cendana, Yusril Ihza Mahendra yang saat itu menjabat sebagai staf Sekretariat Negara, sibuk dengan urusan naskah pidato pengunduran Soeharto. 

Yusril dipercaya menulis naskah-naskah pidato presiden selama Soeharto menjabat.

“Saya menyiapkan naskah pengunduran diri Pak Soeharto di belakang rumah beliau. Saya bersama Pak Saadillah (Mensesneg saat itu) sibuk berkoordinasi dengan Ketua Mahkamah Agung saat itu,” kata Yusril dalam wawancara dilansir dari Kompas.com, Senin (15/05/2023).

Soeharto meminta Ketua MA saat itu, Sarwata, untuk datang ke Istana Negara keesokan hari, lengkap dengan jubahnya.

“Sampai pagi ketika selesai dan Pak Harto bilang, ‘saya mau nambahin kalimat kalau kabinet demisioner, Pak Habibie yang melanjutkan, terserah Pak Habibie mau membubarkan kabinet atau tidak’,” ujar Yusril. 

Menurut Yusril, dalam naskah pidato pengunduran diri, Soeharto menambahkan kalimatnya dan ditulis sendiri. Bagian itu adalah, “Saya menyampaikan permohonan maaf pada seluruh rakyat Indonesia, selama 30 tahun saya menjalankan roda pemerintahan, saya memohon maaf apabila ada kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja”.

“Setelah ditandatangan, saya dari rumah Pak Harto (berangkat) ke istana pukul 05.30 WIB,” kata Yusril.

Selain itu, kata Yusril, Soeharto memilih kata “berhenti” ketimbang “mundur” dalam naskah tersebut. 

“Jika kalimatnya berhenti, persidangan di MPR tidak pernah selesai,” ujar Yusril.

“Jujur saja, saya sedikit was-was karena skenario turunnya Soeharto tidak lazim, terutama di bidang akademis. 

Tugas saya menjaga konstitusi negara. Jadi banyak sekali tantangan yang dihadapi,” katanya lagi. 

Soeharto pun mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden kedua RI di Istana Negara pada 21 Mei 1998, sekitar pukul 09.00 WIB.

Melalui pidato singkat, Soehato mengatakan, “Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998”.

Isi pidato pengunduran diri Soeharto Berikut ini isi lengkap pidato pengunduran diri Soeharto. 

“Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sejak beberapa waktu terakhir, saya mengikuti dengan cermat perkembangan situasi nasional kita, terutama aspirasi rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Atas dasar pemahaman saya yang mendalam terhadap aspirasi tersebut, dan terdorong oleh keyakinan bahwa reformasi tersebut perlu dilaksanakan secara tertib, damai dan konstitusional demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta kelangsungan pembangunan nasional, saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII. 

Namun demikian, kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut. Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara yang sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi. 

Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. 

Oleh karena itu, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945, dan setelah dengan sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998.

Pernyataan saya berhenti dari jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia, saya sampaikan di hadapan saudara-saudara pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang juga adalah pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat”.

(Ab – Red)

Categorised in: ,

Tidak Ada Komentar untuk 25 TAHUN REFORMASI, MENGENANG DETIK – DETIK SOEHARTO MUNDUR

Tinggalkan Komentar Anda Disini...

92 views